Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2020

Ini Bukan Masalah Intoleransi Apalagi Tindak Kejahatan

Saya adalah seorang guru. Sudah lebih 16 tahun saya mengajar, sampai saat ini. Yang saya didik adalah anak-anak usia SMP sampai SLTA. Usia pancaroba, peralihan dari kanak-kanak ke remaja menuju dewasa. Dan saat ini, bersama rekan para pendidik, kami mengelola lembaga pendidikan dengan hampir 2000 peserta didik, dari TK sampai sekolah tinggi. Tidaklah mudah pekerjaan menjadi seorang guru itu. Apalagi untuk generasi millenial saat ini. Perkembangan zaman dan teknologi informasi telah membuat mereka memiliki karakter tersendiri. Guru harus mempersiapkan diri lebih maksimal lagi dalam mendidik dan menghadapi mereka. Sebagai seorang guru, saya harus menyiapkan bahan ajar. Mengevaluasi capaian pembelajaran, membuat soal ujian dan memeriksa hasilnya. Memberikan nilai dan mengulangi anak yang belum tuntas. Disamping itu, setiap kali hadir dan tampil di depan kelas, mesti ada nilai dan karakter yang harus saya tanamkan kepada mereka. Itu semua saya lakukan sampai saat ini, walaupun saya juga Wa

Ukua jo Jangko Di dalam Adat Minangkabau

Menurut adat Minangkabau ada beberapa ketentuan yang menjadi ukuran dan hinggaan yang harus diamalkan oleh setiap orang, untuk mencapai tujuan secara baik di dalam kehidupan bergaul. Ketentuan tersebut dinamakan "ukua jangko" yang terdiri delapan macam.   a . Nak Luruih Rantangan Tali   Supayo jan manyimpang kiri jo kanan Luruih manantang barih adat Mangarek tantangan ukua   Artinya : Selalulah di dalam kehidupan ini berlaku lurus dan benar, dan jangan menyimpang dari ketentuan yang berlaku di dalam masyarakat (adat, syarak, undang-undang).   b. Nak tinggi naiakkan budi   Mancari jalan kabanaran Supayo jan kalangkahan Tagak jan tasundak Malenggang tidak tapampeh batutua dengan lunak lambuik Lunak bak santan jo tanguli Suatu karajo nan lalu salasai sajo.   Artinya : Selalulah bergaul dengan baik sesama manusia, yang tua dihormati, yang kecil dikasihi, sama besar bersaudara, dan berkatalah dengan lemah lembut, dan bergaullah dengan sopan hormat menghormati.   c. Nak haluih baso

Serba Serbi PKI di Ranah Minangkabau

Tokoh yang berperan dalam membawa dan mengembangkan PKI di Sumatra Barat adalah Haji Datuk Batuah. Setelah lulus sekolah dasar Belanda, dia menuntut ilmu ke Mekkah selama enam tahun. Sekembalinya ke Sumatra Barat, dia menjadi murid Haji Rasul, ayah Buya Hamka. Dia dianggap sebagai salah satu murid Haji Rasul yang pintar dan dinamis sehingga menjadi asistennya di Perguruan Sumatra Thawalib selama tahun 1915. Pada 1923, Haji Datuk Batuah mengadakan perjalanan keliling Sumatra dan Jawa. Dia bertemu Natar Zainuddin di Aceh. Di Jawa, dia bertemu dengan para pemimpin PKI termasuk Haji Mohammad Misbach, anggota Sarekat Islam berpengaruh di Surakarta, yang sekeluarnya dari penjara pada 1922 memilih bergabung dengan PKI. Misbach berpendapat bahwa dengan memilih bergabung dengan pihak komunis berarti dia “membuktikan keislamannya yang sesungguhnya.” “Tokoh muslim ini jelas sangat besar pengaruhnya terhadap Datuk Batuah,” (Audrey R. Kahin : "Dari Pemberontakan ke Integrasi: Sumatra Barat dan

Merantau adalah Sebuah Tradisi di Minangkabau

Merantau adalah perginya seseorang dari tempat asal dimana ia ia tumbuh besar ke wilayah lain untuk menjalani kehidupan atau mencari pengalaman. Merantau merupakan salah satu budaya Minangkabau yang membuat orang minang hidup diberbagai belahan dunia dan menjadi sukses dalam segi kehidupan, baik sebagai pedagang,cendikiawan,pegawai pemerintahaan ataupun ulama. Banyak faktor yang mendorong orang-orang untuk pergi dari tempat asal atau kelahirannya menuju tempat lain. Diantaranya faktor tradisi atau budaya dari suatu kelompok etnis, juga ada faktor ekonomi, pendidikan dan faktor peperangan. Ramainya Bandar Malaka pada abad 15 dan 16 mengakibatkan Malaka jadi tujuan perantauan dari bermacam etnis di Nusantara. Sampai saat ini keturunan dari para perantau itu masih teridentifikasi dengan jelas. Di Malaka dan sekitarnya bahkan di wilayah lainnya di Malaysia bisa ditemukan komunitas keturunan Minangkabau, Jawa, Banjar, Bawean (di Malaka lazim disebut orang Boyan) dan etnis-etnis lainnya dari

Memahami Sistem Kekerabatan Minangkabau

Sebelumya kami sampaikan beberapa istilah dalam hubungan kekerabatan di Minangkabau: Mamak : saudara laki-laki ibu Kamanakan :  anak saudara perempuan dari seorang laki-laki Sumando : hubungan seorang laki-laki dengan suami saudara perempuannya Pasumandan : hubungan urang sumando dengan keluarga istrinya yang laki-laki Minantu : suami/istri dari anak Mintuo : orang tua dari suami/istri Induak bako : ibu dari bapak, ibu dari para bako (saudara perempuan bapak) Anak pisang : anak saudara laki-laki dari seorang perempuan Ada dua bentuk kekerabatan di Minangkabau: 1. Kekerabatan dalam suku, terjadi karena sistem matrilineal yang dianut orang Minangkabau. Contoh : ibu – anak, mamak – kamanakan, dsb. 2. Kekerabatan luar suku , terjadi karena adanya perkawinan. Contoh : sumando – pasumandan, minantu – mintuo, induak bako – anak pisang, dsb. Masyarakat Minangkabau menganut sistem kekerabatan matrilineal, yakni kekerabatan yang menarik garis keturunan menurut garis ibu. Jadi suku seseorang di

Peran dan Fungsi Urang Sumando

Laki-laki Minang sebagai Rang Sumando (menantu) dalam budaya Minangkabau dibedakan dalam 4 golongan, yaitu: - Rang Sumando Kacang Miang,  - Rang Sumando Lapiak Buruak,  - Rang Sumando Langau Hijau, dan  - Rang Sumando Niniak Mamak. Istilah ini diberikan kepada masing-masing sifat yang ada pada diri laki-laki itu - Rang Sumando Kacang Miang,  Memiliki sifat yang suka iri hati dan dengki. Perilaku dan kebiasaannya suka menghasut dan menfitnah. Istilah yang populer sekarang yaitu Provokator. Dikatakan “kacang minang", karena sesuatu yang ditebarkannya membuat pihak lain mengalami gangguan.   Ulah dan perilakunya ialah, bahwa Dia tidak suka kalau ada orang lain melebihi kondisi rumah tangganya. Ia sering menciptakan persaingan antara para Rang Sumando dalam satu kaum itu.  Yang sangat membahayakan tatkala sifatnya yang demikian itu menimbulkan keresahan didalam kehidupan berkeluarga dan berkaum.   Pada masa dahulu, kehidupan pasangan rumah tangga demikian – Jika terdapat di dalam Ruma

Minangkabau Sudah Lama Melakukan Sertifikasi Ulama

Ada yang Bertanya Mengenai Sertifikasi Ulama , Sebagai Orang Minang, Saya Tidak Lah Heran Tentang Sertifikasi Ulama, Karna Sejak Islam Masuk Ke Ranah Minang, Orang Minang Telah Memberi Sertifikasi Ulama Tapi Bukan Dengan Selembar Surat Atau Kertas Tetapi Dengan Perbuatan, Lisan, Tingkah Laku Yang ia Tunjuk kan Sendiri Dalam Kehidupan Sehari - Hari Di Tengah Masyarakat , Maka Masyarakat Mampu Melihat, Merasakan Sendiri Apa yang ia Katakan  Sesuai Dengan apa yang ia Lakukan Maka Di Sebut lah Ia ORANG ALIM  Atau Dengan Sebutan ORANG SIAK.. Maka Tersemat Lah Gelar ALIM ULAMA , Arti nya ALIM DULU BARU MENJADI ULAMA. Maka nya Di minang Tidak Ada ULAMA , Tetapi ALIM ULAMA.. ALIM berarti , Berilmu, Bijaksana ,Panutan Pemberi Contoh yang baik.. Sedang kan ULAMA Berarti  adalah pemuka agama atau pemimpin agama yang bertugas untuk mengayomi, membina dan membimbing umat Islam baik dalam masalah-masalah agama maupun masalah sehari-hari yang diperlukan, baik dari sisi keagamaan maupun sosial kemasya

Febri Diansyah si Jungkir Balik

Nama Febri Diansyah menjadi perbincangan dalam beberapa hari terakhir. Febri menyatakan mudur sebagai pegawai KPK, lembaga tempatnya menyibukkan diri dalam pemberantasan korupsi. Kabar pengunduran diri itu pun dibenarkan Febri. Dia mengaku pamit dari lembaga anti rasuah itu dengan segala kecintaannya. “Ya, dengan segala kecintaan saya pada KPK, saya pamit,” ujar Febri kepada wartawan, Kamis (24/9/2020). Sepak terjang Febri di panggung antikorupsi sedianya sudah terlihat sebelum dia menjadi bagian dari KPK. Pria asal Kota Payakumbuh Sumatra Barat itu dikenal sebagai aktivis antikorupsi di Indonesia Corruption Watch (ICW). Saat berada di KPK, lulusan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta itu juga punya panggilan khusus dari rekan-rekan kerjanya. Sejumlah pegawai KPK kerap memanggil Febri dengan sapaan Uda Febri. Sapaan itu kerap terdengar saat pegawai KPK bertemu Febri di kantin yang lokasinya berada di belakang Gedung Merah Putih KPK. Di kantin itu, Febri biasanya makan siang dan berbinca

Benarkah Orang Minang Keturunan Yahudi?

Asal-usul minangkabau menurut Tambo Alam Minangkabau Tiga anak dari Raja Iskandar Zulkarnain (Alexander Agung) dari Makadunia (Macedonia) yaitu Maharajo Alif, Maharajo Depang dan Maharajo Dirajo berlayar bersama, dan saat dalam perjalanan mereka bertengkar sehingga mahkota kerajaan jatuh ke dalam laut. Maharajo Dirajo yang membawa Cati Bilang Pandai –seorang pandai emas- berhasil membuat satu serupa dengan mahkota yang hilang itu. Mahkota itu lalu ia serahkan kepada abang-abangnya, tetapi mereka mengembalikannya kepada Maharajo Dirajo karena ia dianggap yang paling berhak menerima, karena telah berhasil menemukannya. Mereka adik beradik lalu berpisah. Maharajo Alif meneruskan perjalanan ke Barat dan menjadi Raja di Bizantium, sedang Maharajo Depang ke Timur lalu menjadi menjadi Raja di China dan Jepang (Jepun), manakala Maharajo Dirajo ke Selatan sedang perahunya terkandas di puncak Gunung Merapi saat Banjir Nabi Nuh melanda. Begitu banjir surut, dari puncak gunung Merapi yang diyakini

Inilah Sebetulnya Tujuan PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia) 1958

Inilah 3 ( tiga ) Tujuan PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia) 1958 Mengkritik Presiden Soekarno Agar mematuhi konstitusi dan Menjauhkan diri dari Pengaruh Komunis Sebelum kabinet PRRI dibentuk, PRRI yang telah membentuk Dewan Perjuangan sebenarnya sempat mengeluarkan pernyataan berupa “Piagam Jakarta” pada 10 Februari 1958. Dimana penyataan tersebut berisikan beberapa tuntutan yang ditujukan kepada Presiden Soekarno, beberapa tuntunan tersebut diantaranya adalah: Mendesak Kabinet Djuanda untuk mengundurkan diri, dan juga mengembalikan mandat nya kembali kepada Presiden Soekarno. Mendesak pejabat presiden yaitu Mr. Sartono untuk membentuk suatu kabinet gres, dimana bebas dari pengaruh PKI dan bernama Zaken Kabinet Nasional. Mendesak kabinet Zaken untuk diberikan manda secara sepenuhnya untuk bekerja hingga pemilihan umum yang akan dilaksanakan. Mendesak Presiden Soekarno juga untuk membatasi kekuasaannya dan juga mematuhi konstitusi yang diberlakukan. Apabila tuntutan ter

Beginilah Cara Orang Minang Mengamalkan Pancasila

1. KETUHANAN YANG MAHA ESA a) “Adat Basandi Syarak, syarak basandi Kitabullah. Adat manurun, syarak mandaki. Adat nan kawi, syarak nan lazim. Syarak mangato, adat mamakai. Tuhan bersifat qadim, manusia bersifat khilaf. b) “Salah ka Tuhan minta tobat. Salah kapado manusia minta ma’af. Kasudahan adat ka balairung. Kasudahan manusia ke akhirat” 2. KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB a) “Saitiek saayam, sasakik sasanang, sahino samalu. Ma nan ado samo dimakan, nan indak samo dicari. Kalurah samo manurun, ka bukik samo mandaki. Laki-laki samalu, parampuan sarasan” b) “Nan Kuriek kundi, nan merah sago, nan baiek budi, nan indah baso. Cadiak indak mambuang kawan. Gapuak indak mambuang lamak. Tukang indak mambuang kayu” c) “Nan buto pahambuih lasuang. Nan pakak palapeh badie. Nan lumpuah pahuni rumah. Nan kuwek pambawo baban. Nan binguang kadisuruah-suruah. Nan cadiak lawan barundiang” 3. PERSATUAN INDONESIA Raso aie ka pamatang, raso minyak ka kuali. Tagak suku mamaga suku, tagak nagari mamaga

PKI dan Perjalanan Sejarah Komunisme di Ranah Minang

Karakteristik masyarakat Minangkabau yang terbuka dalam perbedaan pandangan, tentu bukanlah sebagai bentuk liberalisme. Minang punya petuah, "alue jo patuik dan barih jo balabeh" (alur dengan patut dan baris dengan belebas). Sehingga perbedaan pandangan tidak akan keluar dari bingkai keminangan itu sendiri. Kaedah adat yang populer, "baralieh tagak di tanah nan sabingka, bakisa duduak di lapiek nan sahalai" (beralih berdiri, tetap di tanah yang sebingkah. Bergeser duduk, tetap di tikar yang sehelai), menjadi frame bagaimana perbedaan tersebut tetap terkawal dengan nilai-nilai yang menjadi kesepakatan di Ranah Minang. Kesepakatan itu adalah: Adaik Basandi Syara' - Syara' Basandi Kitabullah - Adaik Bapaneh Syara' Balinduang - Syara' Mangato Adaik Mamakai (ABS-SBK-ABSB-SMAM) ! Nah, dalam alur demikianlah hendaknya kita melihat keberadaan PKI dan perjalanan sejarah komunisme di Ranah Minang. Kehadiran komunisme yang dibawa oleh Dt. Batuah di Padang Panja

Peran dan Fungsi Ninik Mamak

Salah satu upaya untuk melestarikan nilai-nilai adat istiadat dan kebudayaan Minangkabau di tengah-tengah kehidupan masyarakat modern sekarang ini adalah dengan cara membina dan mempelajari kembali nilai-nilai budaya dan adat istiadat tersebut untuk di wariskan kepada anak kemenakan seperti kata pepatah : Ramo-ramo si kumbang janti Katik endah pulang bakudo Patah tumbuah hilang baganti Pusako lamo baitu juo Pusako jawek ba jawek Sako turun temurun Dari niniak turun ke mamak Dari mamak turun ke kemenakan Peran niniak mamak tidak hanya sekedar mengurusi masalah anak kemenakan yang timbul dalam kaum saja, tetapi kita harapkan fungsi seorang niniak mamak adalah : Manuruik alua jo patuik Manampuah jalan nan pasa Alua luruih barih tarantang Jalan pasa labuahnyo golong Indak manyimpang kiri kanan Luruih marantang barih adat Penghulu lantai nagari Malantai anak jo kamanakan Malantai rumah jo tanggo Malantai korong jo kampuang Malantai labuah jo tapian Malantai balai jo musajik Malantai sawah j

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Hukum Adat Minangkabau

Peran dan Fungsi Urang Sumando

Ini Bukan Masalah Intoleransi Apalagi Tindak Kejahatan